Saya biasanya sering melihat Ayah melakukan banyak pekerjaan sederhana namun
sangat bermanfaat. Selain serbabisa, Ayah saya juga sering membantu Ibu dalam
menuntaskan pekerjaan rumah seperti menyapu, mencuci dan yang terpenting
adalah memasak. Masakan Ayah yang jauh diatas ekspektasi saya. Masakan Ayah
sangatlah enak!
Jujur saja, secara tidak langsung itu mempengaruhi pemikiran saya tentang
bagaimana sempurnanya metode parenting yang coba orang tua saya terapkan,
terutama Ayah.
Apa yang Ayah tunjukkan selama ini membuat saya mampu meninggalkan konsep
pekerjaan sesuai gender, yang sedikit mempengaruhi pemikiran saya tentang
bagaimana kita memposisikan diri kita dalam sebuah kelompok. Contohnya, dalam
sebuah komunitas yang semua pesertanya adalah laki-laki, mungkin salah satu dari
kita perlu jadi Ibu, ini bukan berarti salah satu dari kita perlu mengubah gender
kita menjadi perempuan. Namun hal ini lebih diartikan kepada pengambilalihan
peran ibu. Hal ini jelas saya rasakan ketika saya tidak dalam pelukan mereka. Saya
terbentuk menjadi manusia yang
easy going, bebas dan pandai beradaptasi. Karakter
ini kini sudah melekat dalam diri berkat ajaranmu, Ayah.
Belum lagi ketika Ayah mengajarkan pada saya tentang arti sebuah perjuangan.
Hari itu, ketika saya masih belajar di sekolah dasar. Saya diajak pergi ke kota. Kami
datang ke sebuah bank ternama untuk mengambil hadiah undian. Semangat dan
senyum gembira tampak di wajahnya. Saya sebenarnya masih bertanya-tanya,
hadiah apa yang akan Ayah dapatkan, sehingga membuat Ayah bersemangat seperti
itu. Sesampainya di bank tersebut, terlihat seseorang berpakaian rapi menyambut
kedatangan Ayah, dengan sedikit obrolan akhirnya kita diajak untuk masuk
kedalam bank. Tak lama berselang, kita diajak untuk melihat mobil bak yang ada
di dekat pintu masuk, dan saat itu saya masih menebak-nebak apa maksud dari
kedatangan Ayah kesini. Ternyata, setelah beberapa saat kemudian saya baru
tersadarkan bahwa Ayah memenangkan hadiah undian mobil dari bank tersebut.
Alhamdulillah! Senangnya saat itu. Namun sayangnya Ayah belum bisa
mengendarai mobil sehingga ada sedikit keraguan dalam diri saya. Disinilah
kegigihan Ayah terbukti. Ketika mobil sudah diantar kerumah, Ayah segera belajar
mengemudi. Mulai dari bagaimana menghidupkan, menjalankan, dan memarkir
mobil. Semua itu Ayah lakukan otodidak atau tanpa ada satupun yang
mengajarinya. Saya yang sempat ikut Ayah belajar, tak jarang melihatnya
kebingungan. Kadang beberapa meter bergerak, mobilnya berhenti secara tiba-tiba,
kadang juga kita terhenti setelah menabrak pohon. Yap belajar itu terkadang
menyakitkan, dan kadang juga kita harus jatuh bangun. Tapi perjuangan itu
manuai hasilnya. Mobil itulah yang membawa keluarga kita berkembang. Ayah
juga yang menjadi guru menyetir bagi beberapa orang di keluarga/kampung saya.
Ayah memulai perjuangan bersama mobil itu dengan menjadi sopir angkutan
barang antar kecamatan. Semakin mahir, Ayah kemudian semakin dipercaya untuk
membawa angkutan ke berbagai daerah di Jawa Timur. Semakin lama, daya jelajah
Ayah semakin luas hingga ke Jawa Barat dan Bali. Alhamdulillah berkah itu
datang perlahan. Bagi saya itu adalah awal dari perjalanan sukses keluarga ini.
Sukses yang cukup membawa keluarga ini bahagia. Tak pernah terbayang
sebelumnya hadiah itu datang secara tiba-tiba. Allah SWT memberi jalan rezeki
pada hamba-Nya dengan penuh teka-teki.
Tak pernah terfikir sebelumnya bagaimana jika saat itu, Ayah menolak hadiahnya karena tak pandai menyetir.
Bagaimana jika Ayah menolak untuk berjuang? Bagaimana jika Ayah lebih
memilih menunda untuk menyetir hingga ada seorang yang sudi mengajarinya?
Ya, Ayah! Tekadmu, nalurimu dan perjuanganmu itu kini membawa kita ketempat
yang nyaman. Ayah, itu adalah kisah seorang Ayah yang paling mengarukan bagi
saya pribadi.
Lagi dan lagi, tak perlu waktu puluhan tahun untuk menunjukkan bagaimana gigihnya perjuangan itu.
Singkat cerita, suatu malam ketika saya masih menginjak sekolah menengah atas,
di malam itu saya mencoba menyelesaikan tugas sekolah saya. Tidak jauh berbeda
dengan apa yang saya lakukan, Ayah juga sibuk mondar-mandir dan sesekali
duduk di dekat mesin fotokopi milikinya. Yaaa... malam itu mesin fotokopi yang
menjadi tulang punggung keluarga saya sedang tidak berfungsi dengan baik,
entahlah mungkin saat itu saya tak tau menau soal itu. Sejenak saya terdiam.
Ayah duduk tepat di dalam toko sederhana itu. Saya semakin penasaran melihat
apa yang coba Ayah lakukan, mengingat hampir seharian penuh beliau mengotak
atik mesin fotokopi itu. Dengan obeng di tangan kanannya, Ayah terlihat cukup
berkonsentrasi. Selang beberapa menit kemudian Ayah kembali mencoba
menjalankan mesin tua itu. Saya merasa sedikit iba melihatnya bekerja hingga
larut malam. Sempat terfikir dalam benak saya untuk lebih dulu beristirahat,
namun rasa penasaran itu menahan saya hingga akhirnya setelah beberapa kali
percobaan, mesin itu kembali berfungsi seperti semula. Jujur saja, mata saya
berkaca-kaca melihat apa yang beliau kerjakan. Usaha itu, lelah itu dan perjuangan
itu menuai hasil yang mungkin bagi sebagian orang tidak berarti apa-apa, tapi bagi
saya itu luar biasa. Sampai detik ini, moment itu masih menjadi inspirasi dalam
hidup saya. Ayah luar biasa!!!
Tidak sampai disitu saja, kekaguman saya terhadap Ayah memang tidak akan pernah ada
akhirnya.
Pernah suatu ketika saya belajar bagaimana Ayah merancang perencanaan
dengan cukup matang.
Sore itu, Ibu meminta saya untuk memperbaiki saklar/stopkontak kamar saya
yang entah mengapa tiba-tiba rusak. Sebelumnya saya memang belum pernah
belajar tentang kelistrikan. Nah untungnya ada Ayah yang membantu saya dalam
menyelesaikan masalah tersebut. Pertama, Ayah menunjukkan skema aliran listrik
positif/negatif secara sederhana dan selanjutnya saya melakukan praktek sesuai
dengan instruksi darinya. Semakin dalam saya bertanya tentang kelistrikan, ternyata
hal itu membawa saya pada titik dimana saya menemukan suatu yang spesial di
rumah itu. Ternyata, desain dan perencanaan dalam rumah kita saat ini adalah
100% karya dari Ayah. Ayah begitu jeli dalam memilih jenis kabel, jalur
kelistrikan, bahkan semua sistem kelistrikan didesain agar kita semua merasa aman
dan nyaman. Ayah juga sedikit melakukan modifikasi unik di hampir semua
stopkontak di rumah sehingga penggunaannya lebih efektif dan efisien. Jalur aliran
air juga didesain tidak berdekatan dengan listrik. Wow, sangat detail!
Hari itu, saya belajar banyak tentang rumah itu, saya belajar lebih dalam mengenai
hal kecil/sepele dalam rumah ini namun sangat penting. Rumah yang lebih dari
sekedar rumah. Tak jarang saya menyebutnya sebagai rumah inspirasi, wahana
belajar, taman bermain, dan lain-lain. Hari itu juga, saya kembali tersentak bangga.
Wow! Ternyata rumah saya tidak kalah canggih dari apa yang diterapkan di
rumah-rumah modern saat ini.
Tentunya masih banyak lagi kisah Ayah yang melekat dalam diri kita sekeluarga,
terutama saya, si Anak pertama yang menjadi saksi perjuangan hebat itu.
Percayalah, setiap jengkal langkah perjuangan Ayah tak akan pernah saya lupakan!
Ayah lebih pintar dari profesor ataupun dosen!
Lebih kuat dari superhero manapun
di dunia.
Ayah lebih bijak dari siapapun dan Ayah selalu bisa sukses, dimanapun Ayah
berada.
Ayah tak perlu jadi presiden, pejabat ataupun pengusaha kaya. Menjadi Ayah yang
seperti ini sudah lebih dari cukup bagi keluarga kita.
Seperti motto dari keluarga ini "Hiduplah secukupnya, seperlunya dan sewajarnya".
Selamat hari Ayah...
Kami semua mencintaimu, Ayah!