Belajar adalah proses dari tidak tau menjadi tau.
Berproses dari yang dulunya biasa jadi luar biasa.
Berproses dari lemah menjadi tangguh.
Berproses dari kekanak-kanakan menjadi lebih dewasa.

Belajar memang harus begitu.
Kadang kita perlu salah terlebih dahulu, untuk melihat sebuah kebenaran.
Kadang kita perlu melawan diri, demi menemukan hal baru dalam hidup kita.
Kadang kita perlu mengorbankan yang kita inginkan, demi memperjuangkan apa yang kita butuhkan.
Kadang juga kita dipertemukan dengan yang berbeda, sebagai cerminan untuk menegok jauh kedalam diri.

Begitulah kehidupan.
Kadang kita hanya perlu menjalani.
Manis dan pahitnya hidup pasti akan datang silih berganti.
Bukan untuk menjatuhkan, melainkan tangga bagi kita untuk melangkah.

Kita pasti sampai di sana, di tempat yang kita inginkan.
Kita pasti punya kesempatan untuk menjadi diri sendiri.
Meskipun dengan cara yang berbeda,
Meskipun harus melalui jalan memutar,
Meskipun membutuhkan waktu yang lebih lama,
Tak apa...
Kesempatan itu akan datang bagi dia yang sanggup untuk berproses.

Ketahuilah bahwa Allah SWT punya takarannya sendiri.
Dia punya jam tangannya sendiri.
Dia selalu mengabulkan doa kita di waktu yang tepat!
Dia tau kapan kita siap.
Dia tau apa yang kita butuhkan.
Andai saat ini kita masih terhenti, itu artinya kita masih belum berhak maju.
Entahlah mungkin kita masih salah dalam melangkah, atau masih membutuhkan sesuatu yang lain?

Jangan takut!
Tetaplah melangkah...
Karena bagaimanapun juga, salah dalam melangkah selalu lebih baik daripada tidak melangkah sama sekali.
Lalui saja hidup ini sewajarnya.
Cukup sanggupkan diri kita untuk berproses.
InsyaAllah...

Saya biasanya sering melihat Ayah melakukan banyak pekerjaan sederhana namun sangat bermanfaat. Selain serbabisa, Ayah saya juga sering membantu Ibu dalam menuntaskan pekerjaan rumah seperti menyapu, mencuci dan yang terpenting adalah memasak. Masakan Ayah yang jauh diatas ekspektasi saya. Masakan Ayah sangatlah enak!
Jujur saja, secara tidak langsung itu mempengaruhi pemikiran saya tentang bagaimana sempurnanya metode parenting yang coba orang tua saya terapkan, terutama Ayah.

Apa yang Ayah tunjukkan selama ini membuat saya mampu meninggalkan konsep pekerjaan sesuai gender, yang sedikit mempengaruhi pemikiran saya tentang bagaimana kita memposisikan diri kita dalam sebuah kelompok. Contohnya, dalam sebuah komunitas yang semua pesertanya adalah laki-laki, mungkin salah satu dari kita perlu jadi Ibu, ini bukan berarti salah satu dari kita perlu mengubah gender kita menjadi perempuan. Namun hal ini lebih diartikan kepada pengambilalihan peran ibu. Hal ini jelas saya rasakan ketika saya tidak dalam pelukan mereka. Saya terbentuk menjadi manusia yang easy going, bebas dan pandai beradaptasi. Karakter ini kini sudah melekat dalam diri berkat ajaranmu, Ayah.

Belum lagi ketika Ayah mengajarkan pada saya tentang arti sebuah perjuangan.
Hari itu, ketika saya masih belajar di sekolah dasar. Saya diajak pergi ke kota. Kami datang ke sebuah bank ternama untuk mengambil hadiah undian. Semangat dan senyum gembira tampak di wajahnya. Saya sebenarnya masih bertanya-tanya, hadiah apa yang akan Ayah dapatkan, sehingga membuat Ayah bersemangat seperti itu. Sesampainya di bank tersebut, terlihat seseorang berpakaian rapi menyambut kedatangan Ayah, dengan sedikit obrolan akhirnya kita diajak untuk masuk kedalam bank. Tak lama berselang, kita diajak untuk melihat mobil bak yang ada di dekat pintu masuk, dan saat itu saya masih menebak-nebak apa maksud dari kedatangan Ayah kesini. Ternyata, setelah beberapa saat kemudian saya baru tersadarkan bahwa Ayah memenangkan hadiah undian mobil dari bank tersebut. Alhamdulillah! Senangnya saat itu. Namun sayangnya Ayah belum bisa mengendarai mobil sehingga ada sedikit keraguan dalam diri saya. Disinilah kegigihan Ayah terbukti. Ketika mobil sudah diantar kerumah, Ayah segera belajar mengemudi. Mulai dari bagaimana menghidupkan, menjalankan, dan memarkir mobil. Semua itu Ayah lakukan otodidak atau tanpa ada satupun yang mengajarinya. Saya yang sempat ikut Ayah belajar, tak jarang melihatnya kebingungan. Kadang beberapa meter bergerak, mobilnya berhenti secara tiba-tiba, kadang juga kita terhenti setelah menabrak pohon. Yap belajar itu terkadang menyakitkan, dan kadang juga kita harus jatuh bangun. Tapi perjuangan itu manuai hasilnya. Mobil itulah yang membawa keluarga kita berkembang. Ayah juga yang menjadi guru menyetir bagi beberapa orang di keluarga/kampung saya. Ayah memulai perjuangan bersama mobil itu dengan menjadi sopir angkutan barang antar kecamatan. Semakin mahir, Ayah kemudian semakin dipercaya untuk membawa angkutan ke berbagai daerah di Jawa Timur. Semakin lama, daya jelajah Ayah semakin luas hingga ke Jawa Barat dan Bali. Alhamdulillah berkah itu datang perlahan. Bagi saya itu adalah awal dari perjalanan sukses keluarga ini. Sukses yang cukup membawa keluarga ini bahagia. Tak pernah terbayang sebelumnya hadiah itu datang secara tiba-tiba. Allah SWT memberi jalan rezeki pada hamba-Nya dengan penuh teka-teki.
Tak pernah terfikir sebelumnya bagaimana jika saat itu, Ayah menolak hadiahnya karena tak pandai menyetir. Bagaimana jika Ayah menolak untuk berjuang? Bagaimana jika Ayah lebih memilih menunda untuk menyetir hingga ada seorang yang sudi mengajarinya?

Ya, Ayah! Tekadmu, nalurimu dan perjuanganmu itu kini membawa kita ketempat yang nyaman. Ayah, itu adalah kisah seorang Ayah yang paling mengarukan bagi saya pribadi.

Lagi dan lagi, tak perlu waktu puluhan tahun untuk menunjukkan bagaimana gigihnya perjuangan itu.
Singkat cerita, suatu malam ketika saya masih menginjak sekolah menengah atas, di malam itu saya mencoba menyelesaikan tugas sekolah saya. Tidak jauh berbeda dengan apa yang saya lakukan, Ayah juga sibuk mondar-mandir dan sesekali duduk di dekat mesin fotokopi milikinya. Yaaa... malam itu mesin fotokopi yang menjadi tulang punggung keluarga saya sedang tidak berfungsi dengan baik, entahlah mungkin saat itu saya tak tau menau soal itu. Sejenak saya terdiam. Ayah duduk tepat di dalam toko sederhana itu. Saya semakin penasaran melihat apa yang coba Ayah lakukan, mengingat hampir seharian penuh beliau mengotak atik mesin fotokopi itu. Dengan obeng di tangan kanannya, Ayah terlihat cukup berkonsentrasi. Selang beberapa menit kemudian Ayah kembali mencoba menjalankan mesin tua itu. Saya merasa sedikit iba melihatnya bekerja hingga larut malam. Sempat terfikir dalam benak saya untuk lebih dulu beristirahat, namun rasa penasaran itu menahan saya hingga akhirnya setelah beberapa kali percobaan, mesin itu kembali berfungsi seperti semula. Jujur saja, mata saya berkaca-kaca melihat apa yang beliau kerjakan. Usaha itu, lelah itu dan perjuangan itu menuai hasil yang mungkin bagi sebagian orang tidak berarti apa-apa, tapi bagi saya itu luar biasa. Sampai detik ini, moment itu masih menjadi inspirasi dalam hidup saya. Ayah luar biasa!!!

Tidak sampai disitu saja, kekaguman saya terhadap Ayah memang tidak akan pernah ada akhirnya.
Pernah suatu ketika saya belajar bagaimana Ayah merancang perencanaan dengan cukup matang. Sore itu, Ibu meminta saya untuk memperbaiki saklar/stopkontak kamar saya yang entah mengapa tiba-tiba rusak. Sebelumnya saya memang belum pernah belajar tentang kelistrikan. Nah untungnya ada Ayah yang membantu saya dalam menyelesaikan masalah tersebut. Pertama, Ayah menunjukkan skema aliran listrik positif/negatif secara sederhana dan selanjutnya saya melakukan praktek sesuai dengan instruksi darinya. Semakin dalam saya bertanya tentang kelistrikan, ternyata hal itu membawa saya pada titik dimana saya menemukan suatu yang spesial di rumah itu. Ternyata, desain dan perencanaan dalam rumah kita saat ini adalah 100% karya dari Ayah. Ayah begitu jeli dalam memilih jenis kabel, jalur kelistrikan, bahkan semua sistem kelistrikan didesain agar kita semua merasa aman dan nyaman. Ayah juga sedikit melakukan modifikasi unik di hampir semua stopkontak di rumah sehingga penggunaannya lebih efektif dan efisien. Jalur aliran air juga didesain tidak berdekatan dengan listrik. Wow, sangat detail! Hari itu, saya belajar banyak tentang rumah itu, saya belajar lebih dalam mengenai hal kecil/sepele dalam rumah ini namun sangat penting. Rumah yang lebih dari sekedar rumah. Tak jarang saya menyebutnya sebagai rumah inspirasi, wahana belajar, taman bermain, dan lain-lain. Hari itu juga, saya kembali tersentak bangga. Wow! Ternyata rumah saya tidak kalah canggih dari apa yang diterapkan di rumah-rumah modern saat ini.

Tentunya masih banyak lagi kisah Ayah yang melekat dalam diri kita sekeluarga, terutama saya, si Anak pertama yang menjadi saksi perjuangan hebat itu.
Percayalah, setiap jengkal langkah perjuangan Ayah tak akan pernah saya lupakan!

Ayah lebih pintar dari profesor ataupun dosen!
Lebih kuat dari superhero manapun di dunia.
Ayah lebih bijak dari siapapun dan Ayah selalu bisa sukses, dimanapun Ayah berada.

Ayah tak perlu jadi presiden, pejabat ataupun pengusaha kaya. Menjadi Ayah yang seperti ini sudah lebih dari cukup bagi keluarga kita.
Seperti motto dari keluarga ini "Hiduplah secukupnya, seperlunya dan sewajarnya".
Selamat hari Ayah...
Kami semua mencintaimu, Ayah!


Kenapa salah itu haram?
Bukankah esok hari aku masih bisa berbenah?
Kenapa aku harus tertahan?
Bukankah setiap hari bagiku adalah pelajaran?
Kenapa aku harus menjadi "pintar"?
Bukankah menjadi diri sendiri itu lebih menyenangkan?
Kenapa aku harus sama seperti mereka?
Sedangkan Tuhan menciptakan keragaman dengan segaja?

Sudahlah, aku memang seperti ini.
Tak apa,..
Andai rezeki-ku ada di tengah hutan sana atau aku harus bekerja dengan bermandikan keringat setiap hari, tak apa! Selama itu sesuai dengan tujuan hidupku nanti.
Jika di sini aku dianggap pecundang, mungkin di sana aku menjadi pemenang.
Aku yakin di sana ada tempat bagiku untuk menjadi diri sendiri.
Tempat dimana bisa kubuang topeng sandiwara ini.

Ayolah, aku sudah lelah!
Aku sudah melewatkan banyak kesempatan menjadi diri sendiri, karena ini!
Akupun sudah jatuh tersungkur hingga tak kuasa melambaikan bendera putih, karena ini!
Sudah, sungguh ku tak ingin lagi dipaksa menjadi orang "pintar".
Karena menjadi "pintar" bukan satu - satunya solusi bagi hidup ini.

Andai dengan menjadi "pintar" saja, Indonesia bisa menjadi negara maju, tentunya aku akan berjuang keras menjadi orang "pintar".
Mana buktinya? Negara ini masih jauh dari kata maju!
Faktapun berbicara bahwa para pejabat kita, orang penting kita, bahkan manusia terpelajar kita adalah orang yang "pintar". Tapi hasilnya???

Negara ini tak pernah menghargai keragaman, itulah mengapa kita tak pernah bisa maju.
Pendidikan seakan penjara bagi para pelajar! Bukan wahana untuk mengembangkan diri.
Tujuan utama pendidikan saat ini bukan lagi untuk menjadikan manusia lebih mulia, melainkan menjadikan manusia seperti "robot",
berakal tapi tak berhati!
Kenapa para Zebra di Afrika masih memilih untuk bertahan hidup?
Padahal kan kerjaannya cuma dimangsa sama Singa?
Bahkan baru lahir aja, udah jadi inceran para pemangsa...
Kenapa sih dia gak protes agar diturunkan ke bumi menjadi predator saja? Dibandingkan menjadi Zebra yang nantinya hanya dikejar - kejar untuk dimangsa.
Kenapa dia gak bunuh diri aja semua? Toh kan ujung - ujungnya jadi santapan si pemangsa juga?

Jawabannya sederhana...

Karena dia masih punya harapan.
Dia masih punya pilihan untuk berjuang, meskipun dia tak tau esok, bahkan sejam selanjutnya dia mati.
Sama halnya ketika para Pinguin muda untuk pertama kalinya melompat kelautan.
Yang pertama melompat tak selalu sukses, karena kadang ia melompat pada tempat yang salah.
Dia yang memilih melompat kadang harus terbentur karang, teluka dan mati.
Ada yang terpeleset lalu jatuh membentur tebing, dan mati.
Ada yang melompat kemudian langsung tertangkap oleh predator, mati.
Kadang ada juga yang tersapu ombak, teombang ambing dan akhirnya mati.
Kadang ada yang berhasil melaut lepas, mencari makan dan terus tumbuh menjadi Pinguin dewasa.
Namun itu takkan mudah! Kadang juga ditengah jalan, ia bertemu dengan pemangsa. Lalu mati karena diburu.
Ada juga yang tak berani melompat, akhirnya mati kelaparan.

Begitu juga kita.
Apapun takdirnya, bagaimanapun kesulitannya.
Kita selalu punya pilihan, kita selalu punya asa.
Masalah pasti ada solusinya. Gak akan ada jalan buntu!
Selalu ada kemungkinan, selalu ada jalan dari setiap kesulitan.
Jika kita gagal, kita masih bisa mencobanya lagi selama kita masih hidup!

Dalam hidup selalu ada yang harus dikorbankan, kadang waktu kadang pula materi, atau bahkan yang lainnya.
Tapi percayalah! Akan ada hikmah dari setiap apa yang kita korbankan.
Ada pelajaran dari setiap kesalahan dan pelajaran itulah yang akan menjadi pondasi kita kedepannya.
Bersabarlah kawan! Jangan menyerah dan teruslah berjuang.

Nah, jika kita sudah berusaha, namun apa yang kita inginkan belum tercapai.
Sujudlah sejenak! Tenangkan diri.
Percayalah bahwa Allah SWT Maha Bijaksana.
Ingat, bahwa hidup selalu menawarkan berbagai macam skenario untuk kita jalani.
Coba bayangkan!
Andai Dia ciptakan kita semua menjadi orang cerdas, pintar dan kaya, tentunya tak akan ada yang mau jadi petani, nelayan ataupun buruh. Tentu kita semua ingin jadi orang kaya, ingin punya mobil, ingin punya rumah mewah dan ingin punya segalanya.
Jika sudah begitu, lalu siapa yang mau memberi makan kita jika tak ada yang mau jadi petani maupun nelayan? Lalu, mau makan apa kita?

Allah SWT tau betul sifat alami kita, yang tidak pernah ada puasnya.
Oleh karena itu, Dia ciptakan kita dengan berbagai macam kelebihan dan kekurangan.
Lalu dengan sangat bijak, Dia tempatkan kita ditempat yang seharusnya. Tempat yang sesuai dengan kelebihan dan kekurangan kita. Tempat dimana kita sanggup berproses untuknya serta mampu menanggung segala resikonya dengan senang hati. Dan disitulah seharusnya kita berada.
Untuk itu, Mari kita berusaha jadi versi yang terbaik dari diri kita sendiri, lakukan yang terbaik!
Jangan lagi iri dengan rumput sebelah yang terlihat lebih menarik.
Karena buktinya sampai kapanpun kita tidak pernah bisa menyamakan peran seorang petani dengan pengajar (guru) maupun seniman dengan atlet.
Ayo kawan, tetaplah berjuang dan pasrahkan semuanya pada-Nya.
Sungguh Allah SWT Maha Bijaksana dan Maha Mengetahui apa yang tak kita ketahui.
Ayah, Ibu...
Dunia ini sudah gila! Sudah mendekati yang namanya hari akhir.
Apalagi Indonesia!
Mari kita tengok berita di televisi!
Kasus pembunuhan terjadi dimana - mana dan hampir setiap hari, nyawa seakan gak ada harganya lagi.
Banyak bayi di buang, korban dari pergaulan bebas yang sudah tak terkontrol.
Narkoba semakin merajalela, begitu juga dengan bir, arak dan sejenisnya.
Perzinaan mulai terkesan dihalalkan, bahkan homo seksual sekarang bukan hal aneh lagi. Virus yaranaika mulai menyebar...
Manusia disini mudah kepancing emosinya. Marah jika tersenggol sedikit.
Lalu, semua berubah menjadi robot yang saling membantai.
Yang kaya makin kaya. yang miskin mati aja.
Jadi inget kalimat - kalimat ini,
"Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab serta persatuan Indonesia"
By the way, kayaknya gak asing deh dengan kalimat itu, ya kan?

Banyak kasus korupsi demi kepentingan perut sendiri. Mau bukti?
Liat saja pemerintah perutnya pada offside bukan?
Pemerintah hampir gak ada yang bener. Si A ke timur, si B ke barat.
Buktinya ISL tiba - tiba dihentikan secara paksa.
Kayaknya ini pertama kalinya deh di dunia!
Hukum-pun bisa dibeli.
Bahkan ada orang hukum yang dihukum karena gak tau hukum, lho?
Nah yang ini, "Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan, dalam permusyawaratan dan perwakilan"

Niatnya cari kerja, eh malah disalip yang lebih kaya. Suap jadi hal biasa!
Ada lagi ketika kita dijalan raya, eh tiba - tiba si Kaya bisa sewa polisi buat memperlancar jalurnya dari kemacetan, demi kepentingannya sendiri.
Yap, "Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia" they said!

Pendidikan sudah carut marut, karena buktinya tak jarang para manusia "terpelajar" melakukan perzinaan, pengeroyokan, bullying, bahkan tawuran.
Tujuan utama pendidikan melenceng sangat jauh dari sasaran bak tendangan penalti si Sergio Ramos ke gawang Bayern Munich beberapa tahun silam.
Tak jarang para "terpelajar" menyuarakan aksi pola hidup hijau, namun nyatanya masih hidup konsumtif, boros SDA dan buang sampah sembarangan. Lha kan lucu???
Media dengan mudah mengadu domba, lagi - lagi demi kepentingan pribadi.
Tak jarang juga media dengan mudah membodohi rakyatnya.
7 Harimau Sumatera yang katanya dilindungi, malah dipaksa menjadi pemeran sinetron. Alamak!!!
Manusia menggila, mereka memotong pohon demi uang.
Yah mungkin dengan kecanggihan teknologi, suatu saat nanti uang bisa ada klorofilnya. Uang bisa berfotosintesis!
Menggunakan bumi seenaknya. Hewan numpang hidup sedikit, diusir dan dibantai.
Bahkan gading, kulit dan cula-pun diambil olehnya. Kan.....??? Ah sudahlah!

Manusia berburu segalanya hingga menggila!
Target lagi, target lagi.
Pencapaian dan Prestasi!
Tujuannya apa? Menjadi nomor satu? Menjadi penguasa?
atau pengen dianggap hebat dimata orang lain?
Ngapain capek - capek ngejar sesuatu yang gak dibawa mati?

Kita krisis moral. Gila harta!
Bukankah kita punya hati, ya kan? Kita masih punya hati bukan?
Apalagi Indonesia adalah negara dengan penduduk mayoritas beragama? Gimana ceritanya bisa sekacau ini?
Yang seharusnya kita bisa saling berbagi.
Yang kuat membantu yang lemah...
Yang kaya membantu yang miskin...

Yah, kalo dengan menjadi orang pintar saja Indonesia bisa maju, tentu sekarang harusnya Indonesia sudah menjadi negara Adidaya dong? Tapi mana buktinya?
Sebenarnya tanggung lho kita ini! Andai mau jadi negara Adidaya, silahkan! Setidaknya jika ingin berkuasa penuh di bumi. Indonesia bisa membuat seluruh masyarakatnya bahagia untuk sementara di dunia ini, meskipun akhirnya di akhirat nanti neraka akan penuh sesak.
Kalo gak ya jadi negara Indonesia yang rukun, damai dan saling berbagi. Gak maju ya gak papa. Toh andai kita punya sedikit harta di dunia, kan lumayan kita bisa kembali berbagi di surga nanti?

Kalo dengan menjadi orang kaya kita bisa bahagia, tentunya orang kaya bisa punya jaminan kebahagiaan dunia dan akhirat kan? tapi mana buktinya?
Jika memang dengan kekayaan kita bahagia, orang miskin tentunya akan lupa dong bagaimana caranya untuk tersenyum lebar?

Kalo dengan pangkat, jabatan dan kekayaan kita bisa menyogok malaikat buat masuk surga, saya tentunya berusaha untuk menjadi yang nomor satu!
Saya akan rajin belajar, agar bisa menjadi orang pintar.
Saya akan berusaha cari kerja yang mapan. Agar bisa menjadi pejabat.
Saya akan menghalalkan segala cara, agar bisa menjadi orang kaya.
Semuanya untuk satu tujuan, ya buat nyogok malaikat lah, siapa tau bisa!
Tapi ya kali???

Sebagai seorang muslim, tentunya saya tak pernah kesulitan untuk menjaga diri!
Rukun Islam sudah menjelaskan banyak mengenai tujuan hidup kita.

Syahadat, meyakinkan diri pada-Nya.
Mengasah keyakinan kita, bahwa kita diatur oleh Sang Maha Pengatur.
Terlebih Dia telah mengutus Rasulullah SAW sebagai panutan kita di dunia.

Sholat, untuk tunduk pada-Nya.
Mengasah iman kita setiap hari, bahwa kita bukanlah siapa - siapa.
Sujud pada-Nya, mengakui betapa kecilnya kita dihadapan-Nya.

Zakat, sebagai rasa terima kasih pada-Nya.
Mengasah kepedulian kita, bahwa Dia jelas mengajarkan pada kita untuk berbagi.
Tangan diatas bagi yang mampu. Bukankah dengan ini, Agama kita jelas - jelas mengajarkan pada kita untuk saling berbagi?

Puasa, menahan diri atas perintah-Nya.
Mengasah hati kita, bahwa banyak orang diluar sana yang butuh belas kasih kita.
Aksi nyata untuk merasakan apa yang saudara kita rasakan, Dia sangat jelas telah mengajarkan arti kebersamaan.

Haji, menguji seberapa besar cinta kita kepada-Nya.
Mengasah batin kita, bahwa rezeki yang telah Ia berikan perlu digunakan untuk hal yang sangat bijak.
Jutaan bukanlah seberapa agar lebih dekat pada-Nya.
Dia mengajarkan pada kita untuk tidak "gila" harta.

Ayah...Ibu...
Saya pernah mengalami ketakutan berlebih setiap hari, karena ini!
Pelan - pelan saya mulai tenangkan diri, mencoba untuk membuang jauh ketakutan itu!
Saya terus untuk mencoba mendekatkan diri pada-Nya.
Pasrah atas apa yang telah Dia takdirkan untukku.
Ingin menjadi yang paling disayang oleh-Nya.
Dia Yang Maha Pemberi tak pelit untuk sekedar memberikan inspirasi.
Ideologi barupun muncul. Perlahan mulai saya pahami dan jalani.
Seperti yang saya katakan diawal.
Saya sudah mendengar, melihat dan merasakan bahwa dunia ini sedang dalam proses kemusnahan masal.

Jadi, saya berfikir untuk jadi si pembeda. Saya berubah arah!
Saya akan hidup bahagia, tenang dan banyak berpetualang.
Saya akan hidup tentram, berbagi dengan sesama.
Mendatangkan cinta dimanapun saya berada.
Menyebarkan kebaikan seluas mungkin.

Seperti yang telah keluarga ini ajarkan padaku bahwa:
"Hidup itu secukupnya, seperlunya dan sewajarnya".
Secukupnya untuk mengontrol nafsu duniawi kita,
Seperlunya untuk mengingatkan batasan dan hak kita,
Serta sewajarnya untuk mengingatkan agar tetap hidup dengan penuh kesederhanaan.

Ayah...Ibu...
Andai kau tau bahwa aku hanya ingin kita seperti ini.
Aku akan melanjutkan tongkat estafet perjuanganmu, hidup dengan prinsipmu.

Ayah...Ibu...
"Menjadi seperti kita saat ini adalah impian masa depanku."
Ya, impian masa depanku!
Karena saya yakin dengan ini saya akan baik - baik saja. InsyaAllah...
Guys, mau mencoba untuk berbagi sesuatu nih, semoga bermanfaat!
Silahkan dibaca...

Jadi semalam gue nonton film, dan lucu sih filmnya tapi di balik itu ada sebuah kisah inspiratif yang bisa kita jadikan pelajaran. Nah pelajaran yang bisa dipetik dari film Pinguin of Madagascar 2014 adalah janganlah kita meremehkan kemampuan orang lain, semua orang punya kelebihan yang berbeda-beda. Tentunya dengan kelebihan itu, mereka masing - masing sudah punya perannya didunia ini. Janganlah mengeluh atas apa yang ada dalam diri kita, karena tidak ada yang sia - sia di dunia ini kawan, apalagi kita sebagai manusia yang telah Allah SWT ciptakan dengan akal dan hati. Ingat, Allah tidak sebegitu jahatnya menciptakan kita di dunia ini hanya untuk menanggung kegagalan. Lihatlah perjuangan Private! Dialah si anak bawang yang dulunya tak pernah diperhitungkan dalam tim. Kemudian dengan perjuangan gigihnya disertai usaha yang begitu keras, akhirnya dia mampu menjadi pahlawan dan membawa kebahagiaan bagi pinguin lain. Dia memang bukan ahli analisis seperti si Kowalski, atau tim leader seperti si Skipper, namun dia tetaplah si Private yang manis, dan dengan kelebihannya tersebut ternyata dia mampu menyelamatkan seluruh pinguin.

Lantas, mengapa kita selalu berusaha menjadi seperti orang lain untuk membuat diri kita berarti? Aku, kamu, kita, kalian dan mereka adalah si spesial. Dengan menjadi diri sendiri, setidaknya hal itu sudah lebih dari cukup untuk menjadi seorang yang spesial. So, tunggu apa lagi? Ayo temukan sesuatu yang spesial dalam diri kita dan fokuslah pada diri sendiri. Jadilah seorang yang berbeda, karena dengan begitu maka dunia ini akan lebih indah dan berwarna.

Ohya satu lagi, jadi kan setiap film itu biasanya mempunyai kata bijak yang muncul pada salah satu adegan. Nah gue dapet dua yang paling menyita perhatian gue, yaitu ketika si Skipper untuk pertama kalinya bertemu dengan si Private, dan Skipper berkata "Jika tidak disebut keluarga, aku tak tau apa lagi sebutannya?" Terbukti nih disini, si pembuat film ingin menunjukkan bahwa keluarga itu tidak ada duanya! Lalu kata bijak yang kedua muncul saat si Private berkata pada pasukan elite NW dengan kutipan sebagai berikut "Jadi hanya karena gagal sekali lalu kamu melarikan diri?" Lagi dan lagi! berdasarkan kutipan ini, jelas para pembuat film tidak hanya ingin menghibur para penonton, melainkan ingin menekankan pada kita untuk tidak mudah menyerah atas usaha kita. Jika gagal sekali, toh bukan berarti kita sudah bisa menyerah kan?

Nah kira - kira seperti itu guys, seru kan? Banyak kok film - film yang bisa memberikan suntikan semangat untuk kita. Justru film itu dibuat karena ada inspirasi dari kita. Hidup ini adalah film kita. Kitalah pemeran utamanya. Dan tentunya masing - masing dari kita punya jalan ceritanya sendiri.

Selanjutnya sebagai penutup, gue coba kutip salah satu salam khas dari para Pinguin untuk para penggemarnya di dunia, yang berbunyi,.,
"just smile and wave, boy! smile and wave!"

Hei, mengapa kita masih berkata bahwa kita belum "sukses"?
Sejauh ini peradaban kita sudah menguasai seluruh isi bumi.
Kita berhasil bertahan.
Kita berhasil beradaptasi.
Kita berhasil mengisi setiap kekurangan.
Kita berhasil menyingkirkan yang tak kita inginkan.
Kita berhasil mengusir segala kesulitan yang ada didepan kita.
Dan kita telah merubah rumah ini menjadi sesuatu yang kita inginkan.

Kita begitu jumawa.
Ancaman pandemik, kepunahan maupun kehendak Yang Maha Kuasa kita atasi. Beberapa dari kita menjadi yang teratas, sedangkan sisanya masih terseok-seok mencari celah untuk mencapai puncak "kesuksesan". Kita yang paling sempurna, berhasil menunjukkan kehebatan kita pada makhluk lain yang kita anggap mereka sebagai "penumpang" di Bumi ini.
Kita berlagak menjadi nahkoda.
Kemudian lambat laun, kita semakin menjadi - jadi. Otak kita yang jenius ini mulai berubah menjadi penguasa yang rakus akan segala hal. Dia yang dulunya sudi untuk bekerja sama dengan hati, kini sudah berubah. Hati sebagai kontrolnya mulai tak digubris.
Bak dirasuki oleh setan, kita terus berburu kekuasaan. Kita yang dulunya saling merangkul, kini mulai saling sikut. Kita berkompetisi!

Tidak akan ada dua matahari di Bumi ini, apalagi sepuluh? seratus? sejuta?
Yap...
Itu adalah sindiran yang sangat pahit untuk kita.
Mana mungkin kita, 7,2 miliar manusia merasa pantas menjadi penguasa?
Apa bedanya manusia satu dengan yang lain?
Jika memang ada satu yang paling pantas berkuasa, dimanakah letak kehebatannya?

Kita mulai lupa diri.
Kita adalah "penguasa" yang pikun, buta dan tuli.
Dan lucunya, tak sedikitpun kita menyadarinya...
Taukah bahwa selama ini kita sudah lupa untuk tunduk pada Sang Pencipta yang sebenar-benarnya.
Tanpa kita sadari bahwa penguasa yang sesungguhnya hanya ada satu, Allah SWT.

Kemudian, tak hanya bumi. Semesta-pun mulai kita usik.
Kita ciptakan roket, pesawat ulang alik yang membawa kita menjelajah semakin jauh. Tak lama berselang, isu barupun merambah. Mulai ada kecurigaan tentang adanya makhuk asing disana. Dengan gencarnya kita terus mencari kebenaran mengenai hal tersebut. Hampir seluruh dunia percaya bahwa kita telah menemukan musuh bebuyutan kita diluar sana yang umumnya disebut Alien.
Perdebatan dimana - mana dan ideologi baru pun turut bermunculan.
Semakin panas, hingga ilmu pengetahuan mulai dipertarungkan dengan Agama.
Hal yang tak seharusnya terjadi, kini mulai terjadi!

Huussss, Sudah jangan naif!
Tak perlu mencari tau apakah alien itu benar - benar ada, kemudian mereka dikhawatirkan akan datang menjajah kita!
Mungkin imajinasi kita terlalu tinggi atau memang pura - pura lupa? Bahwa musuh yang nyata bagi umat manusia bukanlah alien, melainkan manusia itu sendiri!

Sekarang, apalagi yang bisa kita lakukan? Akankah kita terus seperti ini?
Bukankah akan lebih baik jika kita saling merangkul dan menciptakan kedamaian.
Menjaga bumi kita yang indah ini, bersama.

Kita hanya tinggal memilih!
Berubah sepenuhnya dan mencari jalan yang benar, atau ikut kedalam arus kehidupan kelam ini.
Percayalah bahwa ada setiap balasan dari apa yang telah kita lakukan.
Seperti hukum Newton yang ketiga dimana "akan ada reaksi dari setiap aksi".

Allah SWT Maha Mengetahui apa yang tak kita ketahui.
Kita hanya tinggal memilih!