Hidup Secukupnya, Seperlunya dan Sewajarnya!

by 00.31 0 komentar
Ayah, Ibu...
Dunia ini sudah gila! Sudah mendekati yang namanya hari akhir.
Apalagi Indonesia!
Mari kita tengok berita di televisi!
Kasus pembunuhan terjadi dimana - mana dan hampir setiap hari, nyawa seakan gak ada harganya lagi.
Banyak bayi di buang, korban dari pergaulan bebas yang sudah tak terkontrol.
Narkoba semakin merajalela, begitu juga dengan bir, arak dan sejenisnya.
Perzinaan mulai terkesan dihalalkan, bahkan homo seksual sekarang bukan hal aneh lagi. Virus yaranaika mulai menyebar...
Manusia disini mudah kepancing emosinya. Marah jika tersenggol sedikit.
Lalu, semua berubah menjadi robot yang saling membantai.
Yang kaya makin kaya. yang miskin mati aja.
Jadi inget kalimat - kalimat ini,
"Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab serta persatuan Indonesia"
By the way, kayaknya gak asing deh dengan kalimat itu, ya kan?

Banyak kasus korupsi demi kepentingan perut sendiri. Mau bukti?
Liat saja pemerintah perutnya pada offside bukan?
Pemerintah hampir gak ada yang bener. Si A ke timur, si B ke barat.
Buktinya ISL tiba - tiba dihentikan secara paksa.
Kayaknya ini pertama kalinya deh di dunia!
Hukum-pun bisa dibeli.
Bahkan ada orang hukum yang dihukum karena gak tau hukum, lho?
Nah yang ini, "Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan, dalam permusyawaratan dan perwakilan"

Niatnya cari kerja, eh malah disalip yang lebih kaya. Suap jadi hal biasa!
Ada lagi ketika kita dijalan raya, eh tiba - tiba si Kaya bisa sewa polisi buat memperlancar jalurnya dari kemacetan, demi kepentingannya sendiri.
Yap, "Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia" they said!

Pendidikan sudah carut marut, karena buktinya tak jarang para manusia "terpelajar" melakukan perzinaan, pengeroyokan, bullying, bahkan tawuran.
Tujuan utama pendidikan melenceng sangat jauh dari sasaran bak tendangan penalti si Sergio Ramos ke gawang Bayern Munich beberapa tahun silam.
Tak jarang para "terpelajar" menyuarakan aksi pola hidup hijau, namun nyatanya masih hidup konsumtif, boros SDA dan buang sampah sembarangan. Lha kan lucu???
Media dengan mudah mengadu domba, lagi - lagi demi kepentingan pribadi.
Tak jarang juga media dengan mudah membodohi rakyatnya.
7 Harimau Sumatera yang katanya dilindungi, malah dipaksa menjadi pemeran sinetron. Alamak!!!
Manusia menggila, mereka memotong pohon demi uang.
Yah mungkin dengan kecanggihan teknologi, suatu saat nanti uang bisa ada klorofilnya. Uang bisa berfotosintesis!
Menggunakan bumi seenaknya. Hewan numpang hidup sedikit, diusir dan dibantai.
Bahkan gading, kulit dan cula-pun diambil olehnya. Kan.....??? Ah sudahlah!

Manusia berburu segalanya hingga menggila!
Target lagi, target lagi.
Pencapaian dan Prestasi!
Tujuannya apa? Menjadi nomor satu? Menjadi penguasa?
atau pengen dianggap hebat dimata orang lain?
Ngapain capek - capek ngejar sesuatu yang gak dibawa mati?

Kita krisis moral. Gila harta!
Bukankah kita punya hati, ya kan? Kita masih punya hati bukan?
Apalagi Indonesia adalah negara dengan penduduk mayoritas beragama? Gimana ceritanya bisa sekacau ini?
Yang seharusnya kita bisa saling berbagi.
Yang kuat membantu yang lemah...
Yang kaya membantu yang miskin...

Yah, kalo dengan menjadi orang pintar saja Indonesia bisa maju, tentu sekarang harusnya Indonesia sudah menjadi negara Adidaya dong? Tapi mana buktinya?
Sebenarnya tanggung lho kita ini! Andai mau jadi negara Adidaya, silahkan! Setidaknya jika ingin berkuasa penuh di bumi. Indonesia bisa membuat seluruh masyarakatnya bahagia untuk sementara di dunia ini, meskipun akhirnya di akhirat nanti neraka akan penuh sesak.
Kalo gak ya jadi negara Indonesia yang rukun, damai dan saling berbagi. Gak maju ya gak papa. Toh andai kita punya sedikit harta di dunia, kan lumayan kita bisa kembali berbagi di surga nanti?

Kalo dengan menjadi orang kaya kita bisa bahagia, tentunya orang kaya bisa punya jaminan kebahagiaan dunia dan akhirat kan? tapi mana buktinya?
Jika memang dengan kekayaan kita bahagia, orang miskin tentunya akan lupa dong bagaimana caranya untuk tersenyum lebar?

Kalo dengan pangkat, jabatan dan kekayaan kita bisa menyogok malaikat buat masuk surga, saya tentunya berusaha untuk menjadi yang nomor satu!
Saya akan rajin belajar, agar bisa menjadi orang pintar.
Saya akan berusaha cari kerja yang mapan. Agar bisa menjadi pejabat.
Saya akan menghalalkan segala cara, agar bisa menjadi orang kaya.
Semuanya untuk satu tujuan, ya buat nyogok malaikat lah, siapa tau bisa!
Tapi ya kali???

Sebagai seorang muslim, tentunya saya tak pernah kesulitan untuk menjaga diri!
Rukun Islam sudah menjelaskan banyak mengenai tujuan hidup kita.

Syahadat, meyakinkan diri pada-Nya.
Mengasah keyakinan kita, bahwa kita diatur oleh Sang Maha Pengatur.
Terlebih Dia telah mengutus Rasulullah SAW sebagai panutan kita di dunia.

Sholat, untuk tunduk pada-Nya.
Mengasah iman kita setiap hari, bahwa kita bukanlah siapa - siapa.
Sujud pada-Nya, mengakui betapa kecilnya kita dihadapan-Nya.

Zakat, sebagai rasa terima kasih pada-Nya.
Mengasah kepedulian kita, bahwa Dia jelas mengajarkan pada kita untuk berbagi.
Tangan diatas bagi yang mampu. Bukankah dengan ini, Agama kita jelas - jelas mengajarkan pada kita untuk saling berbagi?

Puasa, menahan diri atas perintah-Nya.
Mengasah hati kita, bahwa banyak orang diluar sana yang butuh belas kasih kita.
Aksi nyata untuk merasakan apa yang saudara kita rasakan, Dia sangat jelas telah mengajarkan arti kebersamaan.

Haji, menguji seberapa besar cinta kita kepada-Nya.
Mengasah batin kita, bahwa rezeki yang telah Ia berikan perlu digunakan untuk hal yang sangat bijak.
Jutaan bukanlah seberapa agar lebih dekat pada-Nya.
Dia mengajarkan pada kita untuk tidak "gila" harta.

Ayah...Ibu...
Saya pernah mengalami ketakutan berlebih setiap hari, karena ini!
Pelan - pelan saya mulai tenangkan diri, mencoba untuk membuang jauh ketakutan itu!
Saya terus untuk mencoba mendekatkan diri pada-Nya.
Pasrah atas apa yang telah Dia takdirkan untukku.
Ingin menjadi yang paling disayang oleh-Nya.
Dia Yang Maha Pemberi tak pelit untuk sekedar memberikan inspirasi.
Ideologi barupun muncul. Perlahan mulai saya pahami dan jalani.
Seperti yang saya katakan diawal.
Saya sudah mendengar, melihat dan merasakan bahwa dunia ini sedang dalam proses kemusnahan masal.

Jadi, saya berfikir untuk jadi si pembeda. Saya berubah arah!
Saya akan hidup bahagia, tenang dan banyak berpetualang.
Saya akan hidup tentram, berbagi dengan sesama.
Mendatangkan cinta dimanapun saya berada.
Menyebarkan kebaikan seluas mungkin.

Seperti yang telah keluarga ini ajarkan padaku bahwa:
"Hidup itu secukupnya, seperlunya dan sewajarnya".
Secukupnya untuk mengontrol nafsu duniawi kita,
Seperlunya untuk mengingatkan batasan dan hak kita,
Serta sewajarnya untuk mengingatkan agar tetap hidup dengan penuh kesederhanaan.

Ayah...Ibu...
Andai kau tau bahwa aku hanya ingin kita seperti ini.
Aku akan melanjutkan tongkat estafet perjuanganmu, hidup dengan prinsipmu.

Ayah...Ibu...
"Menjadi seperti kita saat ini adalah impian masa depanku."
Ya, impian masa depanku!
Karena saya yakin dengan ini saya akan baik - baik saja. InsyaAllah...

Ricky Vidian

Developer

Cras justo odio, dapibus ac facilisis in, egestas eget quam. Curabitur blandit tempus porttitor. Vivamus sagittis lacus vel augue laoreet rutrum faucibus dolor auctor.

0 komentar:

Posting Komentar