Ayah, Sang Superhero Serbabisa

by 19.22 0 komentar
Saya biasanya sering melihat Ayah melakukan banyak pekerjaan sederhana namun sangat bermanfaat. Selain serbabisa, Ayah saya juga sering membantu Ibu dalam menuntaskan pekerjaan rumah seperti menyapu, mencuci dan yang terpenting adalah memasak. Masakan Ayah yang jauh diatas ekspektasi saya. Masakan Ayah sangatlah enak!
Jujur saja, secara tidak langsung itu mempengaruhi pemikiran saya tentang bagaimana sempurnanya metode parenting yang coba orang tua saya terapkan, terutama Ayah.

Apa yang Ayah tunjukkan selama ini membuat saya mampu meninggalkan konsep pekerjaan sesuai gender, yang sedikit mempengaruhi pemikiran saya tentang bagaimana kita memposisikan diri kita dalam sebuah kelompok. Contohnya, dalam sebuah komunitas yang semua pesertanya adalah laki-laki, mungkin salah satu dari kita perlu jadi Ibu, ini bukan berarti salah satu dari kita perlu mengubah gender kita menjadi perempuan. Namun hal ini lebih diartikan kepada pengambilalihan peran ibu. Hal ini jelas saya rasakan ketika saya tidak dalam pelukan mereka. Saya terbentuk menjadi manusia yang easy going, bebas dan pandai beradaptasi. Karakter ini kini sudah melekat dalam diri berkat ajaranmu, Ayah.

Belum lagi ketika Ayah mengajarkan pada saya tentang arti sebuah perjuangan.
Hari itu, ketika saya masih belajar di sekolah dasar. Saya diajak pergi ke kota. Kami datang ke sebuah bank ternama untuk mengambil hadiah undian. Semangat dan senyum gembira tampak di wajahnya. Saya sebenarnya masih bertanya-tanya, hadiah apa yang akan Ayah dapatkan, sehingga membuat Ayah bersemangat seperti itu. Sesampainya di bank tersebut, terlihat seseorang berpakaian rapi menyambut kedatangan Ayah, dengan sedikit obrolan akhirnya kita diajak untuk masuk kedalam bank. Tak lama berselang, kita diajak untuk melihat mobil bak yang ada di dekat pintu masuk, dan saat itu saya masih menebak-nebak apa maksud dari kedatangan Ayah kesini. Ternyata, setelah beberapa saat kemudian saya baru tersadarkan bahwa Ayah memenangkan hadiah undian mobil dari bank tersebut. Alhamdulillah! Senangnya saat itu. Namun sayangnya Ayah belum bisa mengendarai mobil sehingga ada sedikit keraguan dalam diri saya. Disinilah kegigihan Ayah terbukti. Ketika mobil sudah diantar kerumah, Ayah segera belajar mengemudi. Mulai dari bagaimana menghidupkan, menjalankan, dan memarkir mobil. Semua itu Ayah lakukan otodidak atau tanpa ada satupun yang mengajarinya. Saya yang sempat ikut Ayah belajar, tak jarang melihatnya kebingungan. Kadang beberapa meter bergerak, mobilnya berhenti secara tiba-tiba, kadang juga kita terhenti setelah menabrak pohon. Yap belajar itu terkadang menyakitkan, dan kadang juga kita harus jatuh bangun. Tapi perjuangan itu manuai hasilnya. Mobil itulah yang membawa keluarga kita berkembang. Ayah juga yang menjadi guru menyetir bagi beberapa orang di keluarga/kampung saya. Ayah memulai perjuangan bersama mobil itu dengan menjadi sopir angkutan barang antar kecamatan. Semakin mahir, Ayah kemudian semakin dipercaya untuk membawa angkutan ke berbagai daerah di Jawa Timur. Semakin lama, daya jelajah Ayah semakin luas hingga ke Jawa Barat dan Bali. Alhamdulillah berkah itu datang perlahan. Bagi saya itu adalah awal dari perjalanan sukses keluarga ini. Sukses yang cukup membawa keluarga ini bahagia. Tak pernah terbayang sebelumnya hadiah itu datang secara tiba-tiba. Allah SWT memberi jalan rezeki pada hamba-Nya dengan penuh teka-teki.
Tak pernah terfikir sebelumnya bagaimana jika saat itu, Ayah menolak hadiahnya karena tak pandai menyetir. Bagaimana jika Ayah menolak untuk berjuang? Bagaimana jika Ayah lebih memilih menunda untuk menyetir hingga ada seorang yang sudi mengajarinya?

Ya, Ayah! Tekadmu, nalurimu dan perjuanganmu itu kini membawa kita ketempat yang nyaman. Ayah, itu adalah kisah seorang Ayah yang paling mengarukan bagi saya pribadi.

Lagi dan lagi, tak perlu waktu puluhan tahun untuk menunjukkan bagaimana gigihnya perjuangan itu.
Singkat cerita, suatu malam ketika saya masih menginjak sekolah menengah atas, di malam itu saya mencoba menyelesaikan tugas sekolah saya. Tidak jauh berbeda dengan apa yang saya lakukan, Ayah juga sibuk mondar-mandir dan sesekali duduk di dekat mesin fotokopi milikinya. Yaaa... malam itu mesin fotokopi yang menjadi tulang punggung keluarga saya sedang tidak berfungsi dengan baik, entahlah mungkin saat itu saya tak tau menau soal itu. Sejenak saya terdiam. Ayah duduk tepat di dalam toko sederhana itu. Saya semakin penasaran melihat apa yang coba Ayah lakukan, mengingat hampir seharian penuh beliau mengotak atik mesin fotokopi itu. Dengan obeng di tangan kanannya, Ayah terlihat cukup berkonsentrasi. Selang beberapa menit kemudian Ayah kembali mencoba menjalankan mesin tua itu. Saya merasa sedikit iba melihatnya bekerja hingga larut malam. Sempat terfikir dalam benak saya untuk lebih dulu beristirahat, namun rasa penasaran itu menahan saya hingga akhirnya setelah beberapa kali percobaan, mesin itu kembali berfungsi seperti semula. Jujur saja, mata saya berkaca-kaca melihat apa yang beliau kerjakan. Usaha itu, lelah itu dan perjuangan itu menuai hasil yang mungkin bagi sebagian orang tidak berarti apa-apa, tapi bagi saya itu luar biasa. Sampai detik ini, moment itu masih menjadi inspirasi dalam hidup saya. Ayah luar biasa!!!

Tidak sampai disitu saja, kekaguman saya terhadap Ayah memang tidak akan pernah ada akhirnya.
Pernah suatu ketika saya belajar bagaimana Ayah merancang perencanaan dengan cukup matang. Sore itu, Ibu meminta saya untuk memperbaiki saklar/stopkontak kamar saya yang entah mengapa tiba-tiba rusak. Sebelumnya saya memang belum pernah belajar tentang kelistrikan. Nah untungnya ada Ayah yang membantu saya dalam menyelesaikan masalah tersebut. Pertama, Ayah menunjukkan skema aliran listrik positif/negatif secara sederhana dan selanjutnya saya melakukan praktek sesuai dengan instruksi darinya. Semakin dalam saya bertanya tentang kelistrikan, ternyata hal itu membawa saya pada titik dimana saya menemukan suatu yang spesial di rumah itu. Ternyata, desain dan perencanaan dalam rumah kita saat ini adalah 100% karya dari Ayah. Ayah begitu jeli dalam memilih jenis kabel, jalur kelistrikan, bahkan semua sistem kelistrikan didesain agar kita semua merasa aman dan nyaman. Ayah juga sedikit melakukan modifikasi unik di hampir semua stopkontak di rumah sehingga penggunaannya lebih efektif dan efisien. Jalur aliran air juga didesain tidak berdekatan dengan listrik. Wow, sangat detail! Hari itu, saya belajar banyak tentang rumah itu, saya belajar lebih dalam mengenai hal kecil/sepele dalam rumah ini namun sangat penting. Rumah yang lebih dari sekedar rumah. Tak jarang saya menyebutnya sebagai rumah inspirasi, wahana belajar, taman bermain, dan lain-lain. Hari itu juga, saya kembali tersentak bangga. Wow! Ternyata rumah saya tidak kalah canggih dari apa yang diterapkan di rumah-rumah modern saat ini.

Tentunya masih banyak lagi kisah Ayah yang melekat dalam diri kita sekeluarga, terutama saya, si Anak pertama yang menjadi saksi perjuangan hebat itu.
Percayalah, setiap jengkal langkah perjuangan Ayah tak akan pernah saya lupakan!

Ayah lebih pintar dari profesor ataupun dosen!
Lebih kuat dari superhero manapun di dunia.
Ayah lebih bijak dari siapapun dan Ayah selalu bisa sukses, dimanapun Ayah berada.

Ayah tak perlu jadi presiden, pejabat ataupun pengusaha kaya. Menjadi Ayah yang seperti ini sudah lebih dari cukup bagi keluarga kita.
Seperti motto dari keluarga ini "Hiduplah secukupnya, seperlunya dan sewajarnya".
Selamat hari Ayah...
Kami semua mencintaimu, Ayah!


Ricky Vidian

Developer

Cras justo odio, dapibus ac facilisis in, egestas eget quam. Curabitur blandit tempus porttitor. Vivamus sagittis lacus vel augue laoreet rutrum faucibus dolor auctor.

0 komentar:

Posting Komentar